Minggu, 24 Januari 2010

4 komentar:

zonjonggol mengatakan...

Saya terkejut, setelah mencari pada google dengan kata kunci "SALAFI vs SABILI" berikut membaca komentar-komentar yang tertulis.

Saya mengajak marilah kita akhiri/sudahi, sebaiknya tidak diteruskan untuk saling komentar dan pihak-pihak berselisih/berbeda pendapat, selesaikanlah dengan secara lembut, baik dan langsung (bertemu langsung, bertabayun).

Sebaiknya perdebatan yang belum ada kata akhir JANGAN disebarluaskan pada media umum/blog/forum dimana ada kemungkinan orang awam keliru memahaminya.

Sesungguhnya kebenaran (Al-Haq) itu berasal dari Allah yang Maha Esa. Sejatinya tidak ada perbedaan pendapat.

Bagaimana pun kita sebagai muslim adalah bersaudara !
Klopun terjadi berselisih, berbeda pendapat sesungguhnya sekedar mis komunikasi dan mis informasi semata.

Sebaiknya dihindari permusuhan, konflik apalagi perperangan !

Karena sesungguhnya kaum yang memusuhi kita, orang beriman, sudah dinyatakan dalam Al-Qur'an.
Firman Allah, “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik” (Al Maaidah: 82)

Sebaiknya yang perlu diingat selalu adalah,
"Marilah kita intropeksi diri sendiri maupun jamaah/kelompok/organisai adakah tersusupi kaum itu atau adakah tersusupi pemikiran/pendapat dari kaum itu".

Marilah kita umat muslim bersatu sebagaimana himbauan saya dalam tulisan di http://mutiarazuhud.wordpress.com/2009/11/30/bersatulah/


Salam

Zon
http://mutiarazuhud.wordpress.com

Anonim mengatakan...

Polemik ini sesungguhnya bermula dari polemik internal Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Rupanya ada pihak2 yg gerah melihat ternyata dakwah tauhid tersebar di sebagian besar warga irsyadi.

Secara kebetulan, ketika Sabili mereformasi jajarannya redaksinya dg wajah2 baru, pemimpin umumnya adalah dari mereka yang gerah dengan dakwah tauhid di internal Al-Irsyad. Pihak2 yg gerah ini mendapatkan peluangnya untuk mengungkap kegerahan mereka ini dengan menguasai media Sabili.
Kegerahan ini semakin menjadi-jadi ketika kelompok muwahiddin - . yang juga ingin mengembalikan Al-Irsyad sebagaimana amanat Syaikh Surkati rahimahullah - membentuk PP Perhimpunan Al-Irsyad sebagai tandingan untuk memisahkan diri PP Al-Irsyad. Ditambah lagi ternyata Presiden SBY menerima mereka di Istana Presiden dalam rangka perkenalan dan Muktamar I Perhimpunan Al-Irsyad.
Sekali lagi, secara kebetulan Pemimpin Umum Sabili adalah dari kelompok yang pro PP Al-rsyad, maka Sabili pun dengan mudah menjadi kendaraan untuk mengungkap berbagai masalah yang pada awalnya intern Al-Irsyad menjadi kendaraan untuk menyerang dakwah tauhid.
Subhanallah, mengapa kita terus saja mengedepankan hawa nafsu?
Wacana pun berlanjut hingga berimbas kepada masalah pendanaan. Otomatis karena berpecah, maka dana pun berkurang bahkan aset-asetpun terjadi perebutan antara sesama Irsyadi. Puncaknya adalah kejadian di Gedung Al-Irsyad jl. Kramat Raya Jakarta, ketika akan dieksekusi oleh kelompok PP Al-Irsyad. Masing2 membawa backingnya sendidri-sendiri. Tak urung seorang Jendral Polisi pun sempat menengahi mereka.

Akhirnya, tuduhan dana dari pihak asing pun mengemuka di antara mereka. terlebih dari pihak yang tiba2 saja pendanaannya menyusut.

Persoalan ini lambat laun menjadi semakin meruncing. Terjadi aksi saling membalas kata di antara mereka. Terlebih lagi setelah kemudian Al-Irsyad Al-Islamiyah di Surabaya ikut memisahkan diri dari PP Al-Irsyad dan menyatakan mandiri tidak terikat oleh kedua belah pihak baik PP Perhimpunan Al-Irsyad ataupun PP Al-Irsyad Islamiyah. Dan melahirkan majalah tauhid sendiri bernama Adzakhirah itu.

Dari polemik ini, yang sangat saya sesalkan adalah keterlibatan majalah Sabili. Sebagai majalah berpengalaman, tidak selayaknya Sabili menceburkan diri ke dalam polemik ini terlebih lagi dengan pemberitaan yang tidak berimbang.
Saya khawatir, Sabili kehilangan profesionalisme sebagai media jujur dan akurat akibat pengaruh pemodal yang kebetulan berada di salah satu pihak.

Dampak terburuk adalah dakwah tauhid hanya menjadi bahan tertawaan para orang-orang jahil yang tidak tahu syariat agama atau juga para pengamal bid'ah dan kemusyrikan akan semakin leluasa memijakkan amalan-amalan mereka yang menyimpang di bumi Indonesia.

Subhanallah, sebagai seorang jurnalis saya benar-benar miris dan malu dengan kejadian ini.

Anonim mengatakan...

saya juga melihat perbedaan sabili yang dulu dengan sekarang. Dulu dapat saya katakan sabili salah satu media yang sangat keras menentang musuh-musuh islam. Kejadian2 yang merugikan umat islam dibahas secara mendalam, sehingga hal2 yang hanya diketahui segelintir orang saja dapat diketahui umat secara luas. Dulu anda pernah memuat profil seorang ust salafi, tapi sekarang anda hujat beliau. Saya setuju dengan pendapat (anonim), dakwah tauhid akan menjadi bahan tertawaan para orang-orang jahil yang tidak tahu syariat agama atau juga para pengamal bid'ah. Akibatnya, seluruh umat islam yang akan terkena imbasnya.

Dildaar Ahmad Dartono mengatakan...

setuju sekali..

Posting Komentar

 
Design by Free Themes | Bloggerized by Toko Kami - Blogger Themes | international calls